Wednesday, September 8, 2010

My Adventure at Wednesday September 08, 2010

     Setiap hari seperti biasa, kuawali dengan secangkir kopi panas dan sebatang rokok yang selalu setia menemani pagi hariku. Sambil merenungkan apa yang akan kulakukan hari ini, apakah ada sesuatu yang beda dari hari-hari sebelumnya. Dentang musik Slow rock yang bergema dari pojok kamarku seakan gambaran dari hidupku saat ini yang memberiku harapan baru lewat lirik lagu tersebut.

    Secangkir kopi yang mulai sirna dan sebatang rokok yang mulai memendek, memunculkan ide baru dalam benakku untuk beralih  pada kegiatan selanjutnya. Menyalakan notebook kesayangan yang selalu setia bersamaku disaat senang ataupun sedih, penuh dengan sentuhan manis dan peduli. Chating sama teman-teman dengan penuh canda gurau membuat suasana  semakin berwarna dan dipenuhi dengan kata-kata lucu dan menggemaskan, dan pertanyaan-pertanyaan dan juga jawaban-jawaban yang bervariatif membuatku semakin rindu dan ingin sekali untuk bertemu dan bersama-sama lagi seperti dahulu.

    Ruangan atas dan bawah kost aku diramaikan dengan manusia-manusia yang penuh dengan keberagaman, baik itu dari segi latar belakang, usia, pengalaman, dan juga prinsip hidup yang masing-masing memiliki itu pastinya. Suhu udara di ruangan atas memaksaku untuk beranjak ke ruangan bawah yang lebih sejuk. Bertemu dengan teman-teman yang dulunya satu tongkrongan sepertinya saat yang ditunggu-tunggu, “ya minimal bisa bertukar-pikiran”. Disaat suasana seru-seruan dengan teman-teman, saling ‘ngecengin’ antara satu dengan yang lain, tiba-tiba seorang nenek tua yang sangat renta berjalan menuju teras rumah dengan terkatung-katung penuh perjuangan untuk mencapai teras. Waktu yang lumayan lama berjalan, “si nenek itu ko ga nyampe2 ya?”. Karena kelamaan menunggu, akhirnya kuputuskan untuk menyongsong si nenek ke depan rumah. Dengan menaruh tangan dan suara yang sangat serat, si nenek bicara : “Pak…minta sedekahnya buat uang lebaran..”. Tanpa berpikir lama, saya meraba kantong celana pendek yang saya kenakan dan menemukan uang 5ribuan yang tinggal satu-satunya. “ini Nek….” (sambil menyodorkan uang tersebut). Dengan sangat ihklas, kuberikan apa yang satu-satunya kumiliki pada saat itu. Dan dengan nada yang sangat lemah, “mudah-mudahan umurnya panjang” kata si Nenek. Kemudian berpaling arah.

    Melanjutkan candaan bersama teman, pikiranku selalu dibayangi oleh perkataan si Nenek tadi. sedangkan raut wajahnya yang begitu lemah, tidak dapat kuingat lagi entah itu bagaimana. “perkataan si Nenek itu mengarah kemana? ko ga ada kaitannya dengan uang lebaran yang kusodorkan tadi? apakah ini sebuah makna yang tersirat dari apa yang telah aku lakukan?” hati kecilku berkata demikian. Aku sendiri merasa aneh karena baru pertama kalinya aku melihat Nenek yang mengenakan payung pada situasi iklim yang normal (tidak ada hujan ataupun terik).

    Aku hanya bisa berharap mudah-mudahan kejadian itu adalah suatu pertanda baik buat masa depan aku. Karena jika umur kita panjang, impian-impian yang tengah kita targetkan bisa tercapai dengan waktu yang cukup dan proses pencapaiannya masih terbuka.

No comments:

Post a Comment